Artikel Budaya Indonesia; Cara Menentukan Kebenaran ala Suku Dayak
Ritual adat ” berair hangat”.
Adalah Cara menentukan Kebenaran ala suku Dayak, Ritual adat ini di
gelar karena terjadi perselisihan antara seorang pemuda yang bernama
Aming (ikat kepala berwarna merah) yang dituduh oleh Merusid (ikat
kepala warna kuning berbaju hitam) telah melakukan perbuatan santet
terhadap salah satu keluarganya sehingga menyebabkan keluarga merusid
sakit.
Namun Aming tidak menerima di tuduh menyantet sehingga untuk membuktikan
kebenaran mereka berdua sepakat melakukan ritual berair hangat untuk
menentukan siapa yang benar dan siapa yang salah.
Ritual adat ini di hadiri hampir seluruh masyarakat kampung juga
mengundang pihak aparat desa serta perwakilan polisi sebagai saksi
ritual adat tersebut. Ritual adat tersebut di mulai dengan merebus air
dengan kuali dengan menggunakkan kayu ulin sedangkan airnya bukan air
biasa namun air yang di ambil dari gentong atau kendi dari makam suku
dayak, di mana setiap makam suku dayak pasti terdapat gentong/kendi yang
berisi air.
Air diambil dari gentong/kendi di makam suku dayak.
Setelah air di panaskan kemudian di bacakan mantra-mantra oleh dukun
kemudian kedua yang berselisih di suruh mengitari kuali besi tersebut
sambil melakukan gerakan tari khas suku dayak yang di iringi oleh bunyi
musik dari gong besar dan gong kecil.
Kemudian sang dukun meletakan cincin perak di dalam air yang mendidih
selanjutnya yang berselisih di suruh mengambil cincin perak tersebut di
dalam air yang mendidih.
Merusid mengambil cincin tersebut di dalam kuali mencoba sebanyak 3
kali baru berhasil mengambil cincin di dalam air mendidih kemudian
cincin tersebut di letakkan lagi ke dalam kuali selanjutnya giliran
Aming mengambil cincin perak tersebut hanya 1 kali mencoba berhasil
mendapatkan cincin tersebut dari dalam kuali.
Setelah itu mereka di bawa ke rumah masing-masing dan di usap dengan
sabut kelapa ternyata yang melepuh adalah tangan Merusid sedangkan Aming
tangannya tidak melepuh sehingga Marusid di nyatakan bersalah secara
adat karena telah menuduh Aming. Akhirnya Marusid mendapatkan hukuman
adat dengan tangan melepuh dan harus meminta maaf kepada Aming.
Sungguh suatu di luar nalar dan akal sehat bahwa dengan sama-sama
mencelupkan tangan di dalam air yang mendidih tapi hanya yang bersalah
tangannya melepuh sedangkan yang benar tidak ada lecet ataupun tangan
yang melepuh. Pengadilan ala suku dayak yang masih bertahan hingga kini.
No comments:
Post a Comment